JAM TANGAN PATEK PHILIPPE 5711

Patek Nautilus 5711 Biru. Kebanyakan yang hobi jam, pasti kenal dengan yang satu ini dan ingin memilikinya. Berapa persen yang benar-benar suka karena designnya? Berapa persen yang suka karena terlalu sering melihat 5711 ini “dipamerkan” di media sosial? Berapa persen yang “suka” karena berharap dengan kenaikan harganya? Rasanya pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh kita masing-masing, karena jika disurvey pun, berapa persen orang yang akan menjawab dengan jujur?

Yang jelas, hari itu, tanggal 2 September 2016, saya berkesempatan mendapatkan jam legendaris ini tanpa mengeluarkan uang dan bahkan dompet saya bertambah tebal dengan uang tunai 5 juta rupiah. Apakah saya akan melakukannya? Dan bagaimana perjalanan saya sampai di titik ini?

Kilas balik 25 tahun lebih yang lalu

Dari dulu saya hobi jam, karena saya suka design dan fashion. Awalnya beli “jam tangan mall”, seperti Pierre Cardin, Fendi, merek2 apa saja asal designnya keren. Suka Rolex? Tentu saja, tapi buat apa beli jam semahal itu? Saya sempat punya satu lusin Rolex palsu, jadi saya paham tingkatan kualitas KW 1 sampai KW 4 nya. Ohya, pernah saya beli dari 1 toko di STC: Submariner palsu, saya lihat KW 1, harga sebanding. Begitu ok, deal, saya bayar, jam tsb dibawa ke belakang sebentar untuk di-resize bracelet-nya. Tapi begitu dibawa ke depan lagi, sudah ditukar dengan yang KW 2 (kaca pembesarnya membuat tanggalan nya kecil). Ya saya complaint dong, se-isi toko (yang isinya kebanyakan saudara-saudara owner) kelihatan sangat malu, mereka semua memandang langit-langit toko, jam dinding, pot tanaman di pojok, apa saja, tidak berani memandang saya.

Selusin Rolex saya pun semuanya pernah hilang, di sikat pembantu saya (sebut saja Wati) yang kabur dari rumah. Berbekal pakaian dalam Wati yang masih tertinggal di jemuran, saya minta sopir utk dibawa ke “orang pintar”, entah bagaimana caranya, orang pintar itu bilang: “Wati ini dimarahin boss nya karena hasil curian nya ternyata nilainya tidak seberapa”. Tentu saja, karena itu semua kan memang Rolex palsu. Percaya tidak percaya, saya tidak pernah sebut apa yang hilang dari laci saya. Hanya bilang “jam tangan”. Oya, ada 1 yang luput tidak dicuri dan masih saya simpan sebagai kenang2an, karena kebetulan hari itu saya pakai jamnya.

Tahun 2005, saya beli vintage Rolex pertama saya, Oysterdate Precision 6494 thn50an seharga 11juta, tahun 2006 Rolex vintage sport pertama, lalu GMT 1675 pepsi thn 70-an dengan mega fat font (yang konon insert-nya saja sekarang di hargai lebih dari 40 juta oleh dealer-dealer eropa) seharga 19.9 juta. Tidak terbatas Rolex, saya pun juga suka vintage Omega, Breitling, dan Seiko, merk apapun yang di mata dan hati saya kelihatan menarik.

Mengapa saya tertarik dengan jam vintage? Kenapa tidak jam modern? Pada dasarnya saya ini orang yang anti “sama” dengan orang lain. Saya melihat jam modern itu adalah “komoditas”, di mana di saat itu, asal duit cukup, masuk ke TP, nego nego sebentar, keluar sudah pakai Rolex/Omega/Breitling baru. 15 menit selesai. Saya melihat ada keindahan tersendiri dalam jam vintage, dengan design yang berbeda, kacanya masih mika, dan juga lebih jarang orang yang punya, ditambah lagi saat itu harganya relatif lebih murah dari versi modern nya. Beli jam vintage, keesokan hari-nya makin vintage. Apalagi jika mendapatkan suatu jam dengan patina yang menarik, di benak saya ibarat membeli sebuah lukisan.

 Tahun 2011, saat itu harga jam vintage pun sudah naik. Jam modern pun harga tidak se-gila sekarang. Suatu saat di suatu café di Jakarta Selatan, saya melihat seorang “anak selatan” memakai Rolex Hulk. Memang pada dasarnya orang tersebut sudah 2x atau 3x lebih ganteng dari saya, tapi kok di mata saya, dengan Rolex Hulk tersebut kok beliau jadi terlihat keren sekali ya? Di tahun itu saya beli Hulk seharga 92 juta…. “saja”.

Ya, sekali lagi saya ingatkan, saya BUKAN ABG yang hanya ikut2an HYPE, yang baru beli Hulk di tahun 2021/2022, tetapi saya adalah Om-Om yang selalu mengikuti seleranya sediri tanpa peduli apa kata orang. Dan memang potensi kenaikan harga bukan-lah faktor terpenting dalam pembelian jam. Asal malam itu susah tidur dan terbayang-bayang jam inceran berikut, itu sudah suatu pertanda bahwa jam itu harus dibeli, bagaimanapun caranya – bahkan walau saya tahu jam tersebut termasuk susah dijual. Caranya tentu selalu halal ya. Kebanyakan saya hanya tukar tambah dengan jam yang saya sudah jarang pakai.

  Tahun 2013, saya beli AP pertama saya. Royal Oak Chrono 39mm “panda” 168 juta. Saat ini saya tidak ada AP, tetapi sebenarnya saya cukup kangen dengan AP pertama saya ini, ukuran 39mm ini pas sekali di tangan saya yang ceking. Tapi saya pun ragu2 untuk mencarinya kembali karena harganya sudah melonjak berkali-kali lipat, dan toh saya pun belum terngiang-ngiang akan jam itu di mimpi saya.

Akhirnya kita sampai ke tanggal 2 September 2016. Jika kalian masih membaca sampai sini dan tidak bosan, saya berterima kasih. Anda orang-orang pilihan. Sampai saat ini, semua koleksi saya kapan dibeli, kapan dijual untuk tukar dengan jam apa, selalu tercatat rapi di excel sheet. Walau tentunya begitu banyak orang-orang lain yang koleksi-nya jauh lebih banyak dari saya (tentu karena keterbatasan dana saya, bukan keterbatasan nafsu), setelah lebih dari 20 tahun hobby jam, file excel itu sudah cukup panjang. Yang mana kita semua para hobi jam pastinya bisa mengerti, tetapi jika diperlihatkan ke orang awam, kemungkinan besar akan menyarankan saya ke psikiater.

2 September 2016, di Blok M, saya berkesempatan untuk membeli Patek Nautilus 5712R. Ya memang bukan Patek Nautilus 5711 biru, tapi kalau di paragraph awal tadi saya tulis 5712R, mungkin akan menjadi kurang seru dan Anda tidak membaca sampai sini. Harus di-usahakan yang seru, seperti yang kita pelajari dari salah satu dealer jam legendaris yang sangat terkenal di Jakarta, bahkan di Indonesia, IDWX. Tapi saya tidak sepenuhnya bohong, karena 5712R inilah yang saya tukar menjadi 5711 biru di 2018.

2 September 2016, Hari yang bersejarah bagi saya.

Saya janjian dengan salah satu toko langganan di Blok M untuk saya tukar tambah 10,…. Ya SEPULUH. Jam saya dengan 1 Patek Nautilus 5712R. Berikut adalah daftar 10 jam saya,

  1. Vintage Seiko Bullhead brown dial
  2. Vintage Omega Chronostop “roulette”
  3. Vintage Omega Chronograph soccer time “roulette”
  4. Vintage Breitling Navitimer 809
  5. Vintage Rolex 1601 2-tone blue mosaic dial
  6. Vintage Rolex gmt 1675 rootbeer
  7. Vintage Rolex 1601 18K datejust black dial
  8. AP 18K rosegold 39mm on strap (modern)
  9. Vintage Seiko diver 6105 kalau tidak salah
  10. Vintage Omega cosmic moonphase triple date 18k

Kalau dilihat, dari 10 jam itu 90% vintage. Kenapa saya rela menukar 10 jam termasuk 1 AP emas menjadi 1 Patek 5712R? Jawaban nya balik lagi adalah karena saya suka dengan design nya, dan sudah sempat tidak bisa tidur karena kepikiran. Modal 10 jam saya itu kalau di total 445 juta, sementara Patek 5712R harganya saat itu 450 juta. Saya diberi kembalian 5juta. Saya sudah tidak menghitung lagi “harga pasar” dari 10 jam saya itu, karena saya memang tidak punya kesabaran untuk menjual jam-jam saya ke pemakai langsung. Kesabaran itu-lah yang dimiliki oleh pedagang-pedagang jam di Blok M, yang tentu salah satu-nya IDWX, yang saya salut dari mereka dan patut kita sama-sama hargai yaitu,

  • Kesabaran untuk ditanya-tanyain bertahun-tahun tanpa pernah beli
  • Kesabaran untuk di komplain soal baret halus kecil, padahal toh namanya jam bekas 
  • Kesabaran untuk di nego dengan harga yang tidak masuk akal
  • Kesabaran menjawab semua DM, WA, dan juga melayani semua pelanggan dengan berbagai karakternya masing-masing

Apakah saya happy dengan 5712R? Oh tentu saja! Happy sekali. Design nya, kilapan nya, sizenya yang pas sekali di tangan saya. Tapi terkadang saya merasa jam ini terlalu mencolok, walau saya rasa sebenarnya itu hanya perasaan saya sendiri, karena kenyataannya, 99% orang pada umumnya tidak peduli dan tidak memperhatikan jam apa yang kita pakai. Hanya kita-kita saja, yang nol koma sekian persen orang-orang sakit jiwa, para pe-hobi  jam yang saling melirik jam kita masing2. Dan di tahun 2018, saya tukar tambah 5712R dengan 5711 biru. Ya, saya tukar patek emas, masih nambah duit untuk menjadi patek steel. Saya merasa 5711 ini sangat cocok karena biru adalah warna favorit saya (bukan film favorit ya), dan steel bracelet lebih cocok untuk iklim tropis. Di tahun 2018 itu, 5711 biru harganya sekitar 700 juta, tergantung tahun.

Fast forward ke Jumat 13 Maret 2020, hari itu hari terakhir saya lunch di restoran. Kebetulan hari itu saya ketemuan dengan salah satu pe-hobi jam yang saya kenal via Instagram, karena saya naksir salah satu jam dia. Saya beli jam dia yang lain, yang masih saya enjoy hari ini. Setelah itu masa pandemi. Semua tiarap di rumah. Pe-hobi jam makin sering lihat Instagram. Harga jam naik gila-gilaan! Jam saya si 5711 biru itu, sudah naik ke 900 lalu 1.2M, 1.5M, 2M, 2.3M, sampai suatu saat rasanya pernah mendekati 3M. 

Apakah saya tergiur menjualnya?. Saya sebenarnya hanya menjual jam saya, jika ada jam lain yang saya naksir berat dan dana yang ada tidak mencukupi. Suatu saat di 2021/2022 sebelum market crash, saya lihat sebuah Rolex GMT SARU pepsi 18K White Gold dijual dengan harga 1.3M. Terus terang ini salah satu jam yang saya suka. Saya merasa tidak semua orang bisa pakai jam ini dengan “cocok”, tapi kok saya yakin saya cocok! Saat itulah saya tergiur untuk menjual 5711 saya, karena saat itu mungkin saya bisa dapat nett di 2.3M. Saya bayangkan jika saya ambil SARU nya, uang masih sisa 1M. Modal awal patek tsb anggap 700 juta, berarti sudah balik modal, dan dapat Rolex SARU gratis! Bukankah itu dapat mejadi suatu “cerita” yang keren?

            Hari itu saya sudah janjian dengan toko langganan untuk titip jual 5711 saya. Kebetulan di toko inilah saya menukar 10 jam dengan 5712R. Saya rasa adalah suatu akhir yang cocok untuk jam ini. Saya sudah ganti baju “pergi” dan siap-siap ke Blok M. Saya buka laci dan pakai untuk terakhir kali 5711 ini. Saya lihat kilapnya, warna birunya…… wah kok bagus ya? Saya ganti baju rumah lagi. (yang sebenarnya baju rumah dan baju pergi saya pun ya sama-sama kaos dan celana pendek). Ya saya tidak jadi menjualnya.

            Saat ini harga 5711 sudah turun, mungkin ke 1.5M. Apakah saya menyesal tidak menjualnya? Tidak juga sih. Kita pe-hobi jam seharusnya selalu positive thinking, harus selalu bersyukur: lebih baik ada 5711 di laci daripada tidak ada, walau sekarang lebih jarang dipakai karena takut dibacok. Dan kita harus fokus selalu ke depan. Di masa yg akan datang, jam berikut apa lagi yang mesti kita beli? .Cobalah kalian lihat2 di Instagram IDWX. Happy Hunting & Shopping! (written by @watchpervert, July 2022)   

 

DISCLAIMER;

Terimakasih atas dukungan dan kontribusi yang diberikan atas artikel, kisah menarik, serta berbagi pengalaman Anda tentang jam tangan bersama kami. Kami sangat mengapresiasi karya Anda. Dengan mengirimkan tulisan Anda, artinya Anda tidak keberatan dan setuju IDWX atau affiliasinya mempublikasikan artikel ini sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan perusahaan, baik secara komersil maupun non-komersil, serta IDWX atau affiliasinya bebas dari tuntutan, royalty fee, dan kompensasi dalam bentuk apapun.
Confession of watch addicts